Labels

Minggu, 10 Februari 2013

SEJARAH : PRAKTEK PROSTITUSI PENJAJAH JEPANG


JUGUN IANFU adalah julukan bagi wanita yang dijadikan budak seks untuk melayani syahwat para tentara jepang di medan perang.
Apabila ada beberapa pihak merasa dirugikan atas foto-foto dibawah ini penulis mohon maaf, tidak ada maksud untuk menghakimi ataupun merusak nama baik orang atau bangsa lain, penulis hanya bermaksud untuk menyodorkan fakta yang sebenarnya terjadi untuk semakin memperluas pengetahuan kita
Beberapa tahun sebelum pertikaian dimulai di Eropa, setelah Jepang menginvasi Cina tahun 1931 jauh sebelum Perang Dunia II mulai di Eropa tanggal 1 September 1939-14 Agustus 1945.  Pada tanggal 1 Maret 1931 Jepang menunjuk Henry Pu Yi menjadi raja di Manchukuo, Negara boneka di Manchuria. Pada tahun 1937 perang telah dimulai saat Jepang mengambil paksa Cina.
Tahun 1936 militer Jepang yang telah menduduki kota Shanghai mulai melaju menuju kota Nanjing yang berjarak sekitar 360 km dari Shanghai. Balatentara Jepang yang berada disana seluruhnya berjumlah sekitar 135.000 personil militer.
Oleh karena terus menerus melakukan peperangan prajurit Jepang mulai kehabisan persediaan makanan. Menyadari situasi ini markas besar militer Jepang membuat strategi baru dengan cara mencari makanan dari musuh. Ini artinya prajurit Jepang harus mulai menjarahi rumah-rumah penduduk untuk memperoleh makanan sebagai upaya bertahan hidup.

Tindakan militer Jepang ini memicu kemarahan rakyat Cina, dalam keadaan terjepit rakyat Cina mulai melawan dengan memakai cara apa saja. Tindakan orang Cina ini tentu saja menimbulkan masalah baru bagi militer Jepang yang sedang melakukan upaya kolonialisasi. 
Akibatnya militer Jepang mengeluarkan perintah, “Bunuh orang Cina yang terlihat di depanmu!”
Saat ini masih banyak orang berfikir bahwa dalam situasi perang segalanya dapat terjadi secara mendadak tanpa terencana. Termasuk peristiwa pahit yang menimpa ratusan ribu perempuan Asia dan Belada dalam praktek sistem perbudakan seksual dengan nama Jugun Ianfu.
Benarkah praktek Jugun Ianfu sebuah peristiwa yang tidak terencana dalam situasi perang Asia Pasifik? Benarkah Jugun Ianfu sebuah profesi prostitusi yang menerima upah atas jasa layanan seksual kepada militer Jepang?
Pada tahun 1937, di kota Nanking China, Jepang melakukan pembunuhan massal, sebanyak 300.000 orang di kota itu terbunuh.
Jepang tidak perduli itu bayi, orang tua atau wanita sekalipun, mereka harus mati karena Jepang menginginkannya. Ada beberapa gambar yang menunjukan kekejaman tentara Jepang terhadap wanita di kota Nanking China, mereka diperkosa, disiksa dan dibunuh.
Praktek dari perintah ini prajurit Jepang mulai membunuhi orang-orang Cina tanpa membedakan kelompok dari sipil atau militer. Pembunuhan keji yang dilakukan tanpa strategi mengakibatkan banyak prajurit Jepang rusak mentalnya dan menjadi gila. 
Para prajurit Jepang itu bukan hanya melakukan pembunuhan masal, mereka juga mulai melakukan perkosaan secara brutal semua perempuan Cina yang terlihat di jalan-jalan.
Akibatnya sebagian besar personel militer Jepang mengalami penyakit kelamin akibat melakukan perkosaan brutal terhadap perempuan-perempuan Cina. Hal ini mengakibatkan kekuatan militer Jepang di Cina melemah.
Situasi ini membuat khawatir para petinggi militer di Tokyo. Sehingga mengirim seorang dokter yang bernama Aso Tetsuo untuk menyelidiki penyebab melemahnya kekuatan militer di Cina.
Tak lama setelah penyelidikan berlangsung Aso Tetsuo mengeluarkan rekomendasi untuk markas militer Jepang segera membangun fasilitas prostitusi khusus personel militer yang dikontrol langsung pihak militer.
Peristiwa bersejarah ini tertuang dalam buku yang berjudul Karyubyo no Sekkyokuteki Yobaho (Positive Precautinary Measure of Sexual Disease) tahun 1939. Aso Tetsuo mengungkapkan peristiwa tersebut dalam tulisannya yang berjudul Shanghai kara Shanghai he (Shanghai to Shanghai).
Perbudakan Sex oleh tentara Jepang ini berlangsung juga di negara seperti Korea, Burma dan Indonesia. Dimana seorang wanita ditangkap, dikurung disebuah kamp bordil dan dipaksa melayani nafsu binatang para tentara Jepang itu paling sedikit dua puluh kali dalam satu hari.Ini aku dapat dari kesaksian seorang Jugun Ianfu di Indonesia.
Para Jugun Ianfu tersebut banyak juga yang mengalami kehamilan, kemudian dipaksa untuk menggugurkan kandungannya, supaya bisa melayani kembali. Mereka tidak perduli, meskipun wanitanya sedang datang bulan, tetap akan 'digarap' secara kejam. Bahkan tidak sedikit yang di siksa fisiknya.
Di bawah ini beberapa foto yang saya peroleh dari beberapa sumber baik itu buku, koran, majalah, dan internet :























0 komentar:

Posting Komentar